Judges

Jakarta Pusat, Menteng – Pasuruan 24, Maret 2005

 
 
 
William, anakku sayang,
Gamang dan senang datang berganti-ganti.
 
Aku, sebagaimana adanya kamu, diberkati Tuhan dengan segala baik. Kerja dan khutbah di ruang kuliah, sedikit –sedikit memberi kelegaan bagi jiwa yang terhempas iklim yang berbalik arah; Seperti awan dingin yang menebarkan aroma di tengah pancaroba. Semenjak kau di sana. Dan ya, isikanlah waktu dengan segala yang kau anggap baik. Bagi raga dan jiwa-mu.
 
Suasana dan cuaca yang kau sampaikan padaku di sebelum, membikin hati tenang. Setenang arus laut utara Kuba. Dan aku, adalah Santiago tua yang mengapung; Bersama laut yang menyembunyikan gejolak marlin raksasa dan ketidak-pastian – menjejalkan ketakutan pula. Karena anakku yang satu-satunya, harus ada di tengah negeri asing. Bagaimana aku tidak, sementara tahu kau-anakku, menjadi seperti Enkidu yang berhadap-hadapan dengan jurang Shamhat yang menganga. Ibu mana yang tidak gelisah jika?
 
Namun, di tengah pusaran dan ombak. Aku selalu berdoa kepada Tuhan agar dicukupkanlah, engkau. Makan dan tenang, malam dan siang. Bertalian dengan cinta dan doa yang acap kubisikkan, mengepul dari celah tudung kota yang berselimutkan asap dan kemungkaran.
Aku harap, dimanapun engkau, garam dan pelitamu tak menawar dan buncang walau ditiup badai.
 
 
But in an hour of agony,
Pray, speak it, and recall my image,
And say, “He still remembers me,
His heart alone still pays me homage*

 
 
 
Ibumu, yang begitu semua.
Rosemarry Brigita

 

Surat sebelumnya bisa dibaca di sini.

* Pushkin: What Means My Name to You? (terj. Inggris: I.Zheleznova)

This entry was posted in Uncategorized and tagged . Bookmark the permalink.

1 Response to Judges

  1. Pingback: Ruth | Peluru Aksara

Tinggalkan jejak